Jumat, 11 Maret 2011

Memacu Adrenalin di Derasnya Sungai Serayu



Bagi yang suka wisata petualangan, inilah tempatnya. Para wisatawan yang datang di tempat ini bakal diajak memacu adrenalin mengarungi derasnya aliran air Sungai Serayu yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng).

Lokasinya rafting tidak terlalu sulit dijangkau. Sebab, tempat itu hanya sekitar 50 meter dari jalan protokol penghubung antara Purwokerto-Semarang, tepatnya di Desa Singamerta, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara. Di situ ada posko yang menjadi basecamp Serayu Adventure Indonesia. Mereka inilah yang akan menjadi guide dalam wisata petualngan menembus derasnya Sungai Serayu.

Sebelum mengarungi Sungai Serayu, tim guide akan memberikan sejumlah alternatif pilihan bagi mereka yang menyukai petualangan. Ada enam alternatif paket yang ditawarkan.

Menurut Direktur Operasional Serayu Adventure Indonesia Ahmad Arif paket yang cukup lengkap adalah River Camp yakni selain melakukan rafting, para wisatawan juga bakal diajak bermalam di sekitar Sungai Serayu. Rafting dalam paket itu bermula dari Desa Tunggorono sampai ke Desa Singamerta dengan menempuh jarak 18 kilometer (km) dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

“Sementara lima paket lainnya minus berkemah. Yakni paket rafting paling panjang dengan jarak 26 km dari Desa Belimbing di Kabupaten Wonosobo sampai ke Desa Singamerta, Banjarnegara. Waktu tempuhnya sampai 5 jam. Sementara paket kedua dari Desa Tunggorono sampai ke Desa Singamerta sejauh 18 km selama 4 jam. Paket-paket tersebut memang tidak direkomendasikan bagi para pemula atau hanya sekadar fun rafting. Sebab, selain medannya cukup berat karena melewati sejumlah jeram yang cukup deras juga fisiknya harus benar-benar kuat,”katanya.

Masih ada tiga paket lainnya yang diperuntukkan bagi para pemula atau untuk fun rafting. Yakni antara Desa Randegan sampai ke Desa Singamerta dengan jarak 16 km dengan waktu tempuh mencapai 3,5 jam. Paket berikutnya adalah dari Desa Bojanegara sampai ke Desa Singamerta dengan jarak 14 km dan waktu tempuh 3 jam. Paket lainnya adalah dari Desa Singamerta sampai ke Taman Wisata Serulingmas dengan jarak 10 km dengan waktu tempuh 2,5 jam.

“Dari enam paket yang ditawarkan, paket yang paling digemari dan ramai adalah dari Desa Bojanegara sampai ke Desa Singamerta. Jalur tersebut memang cukup “aman” bagi para pemula, meski ada beberapa titik yang menegangkan karena ada jeram yang cukup deras dan kondisi menurun,”ujar Ahmad.

Para wisatawan biasanya datang ke basecamp utama yakni di Desa Singamerta. Di tempat itu, mereka harus berganti baju untuk berbasah-basah di Sungai Serayu. Selain itu, berbagai peralatan seperti pelampung dan helm harus mulai dipakai di basecamp. Masing-masing wisatawan juga membawa dayung satu-satu. Setelah memakai peralatan rafting, mereka kemudian diangkut dengan menggunakan kendaraan menuju tempat di mana start dilakukan.

Misalnya ada wisatawan yang memilih paket dari Bojanegara menuju Singamerta, maka kendaraan akan membawa ke desa start awal. Seluruh tas, pakaian ganti, dompet, telepon seluler dan berbagai barang yang dibawa dimasukkan ke dalam loker di basecamp Desa Singamerta. Sehingga para wisatawan saat memakai perlengkapan sudah tidak membawa apa-apa lagi, kecuali air mineral.

Sebelum mulai terjun ke sungai untuk rafting, mereka diberi “kursus” singkat. Bagimana cara menggunakan dayung, apa yang dilakukan kalau perahu menabrak tebing, bagaimana jika perahu terbalik dan sebagainya. “Kursus” singkat itu penting, supaya khususnya bagi wisatawan yang pertama kali tidak terlalu panik kalau terjadi apa-apa. Segala macam risiko diterangkan oleh guide yang telah berpengalaman. Intinya adalah, jangan sampai panik, itu yang menjadi modal utama dalam rafting.

Usai diberi bekal dari para guide, wisatawan langsung masuk ke perahu masing-masing. Pada umumnya, ada enam wisatawan dalam satu perahu dan datu orang lagi adalah guide yang duduk paling belakang. Perjalanan pun dimulai dengan memutar-mutar perahu di sekitar lokasi itu sebagai bagian dari pemanasan sebelum mengarungi Sungai Serayu.

Kalau dari Desa Bojanegara, alur sungai pada awalnya datar-datar saja dengan arus yang tidak begitu deras. Tetapi di sisi kanan kiri sungai terdapat bebatuan yang licin, sehingga terkadang benturan antara perahu karet dengan batu terasa. Selanjutnya, arus mulai terlihat deras. Biasanya menghadapi arus deras, wisatawan harus benar-benar mengikuti petunjuk guide yang mengawal. Apakah dayung harus kuat atau dilepaskan, mengangkat dayung karena akan berbenturan dengan tebing dan sebagainya.

Sensasinya sungguh luar biasa, karena membuat jantung berdetak cepat. Adrenalin benar-benar dipacu menghadapi gempuran arus deras di depan perahu. Bahkan, tidak jarang perahu kandas di tengah-tengah karena terantuk batu. Sehingga, guide terpaksa harus turun ke sungai untuk mendorong perahu karet yang kandas.

Di sebuah jeram yang cukup deras, jika perahu lebih dari satu, maka harus antre terlebih dahulu. Paling awal adalah perahu yang ditumpangi tim Search and Rescue (SAR) yang mengawal. Perahu yang ditumpangi wisatawan akan bergerak setelah ada aba-aba dari tim SAR tersebut. Satu per satu perahu berangkat. Seorang guide yang ada di perahu mulai memberikan aba-aba untuk mendayung secara cepat menghadapi “gempuran” arus yang deras tersebut.

Perahu bergerak naik turun mengikuti arus yang datang. Air dingin dari Sungai Serayu menampar muka dan badan. Tidak jarang juga badan terpental ke kanan dan kiri, bahkan ada pula yang jatuh ke air. Ada yang terus mendayung, tetapi ada juga wisatawan yang terkadang takut dan berpegangan pada tali yang ada di perahu karena takut terjatuh. Setelah berkali-kali tubuh terguncang mengikuti irama perahu dan melewati jeram deras, munculah rasa plong. Tetapi ada pula rombongan yang justru karena takut dan tidak mencoba mendayung secara kuat justru membuat perahu karet menjadi terbalik. Tetapi, tenang saja, karena sudah dilengkapi dengan pelampung, wisatawan tidak akan tenggelam. Nanti tim SAR akan kembali menarik ke atas perahu.

Salah seorang pemandu rafting, Arif, 23, mengatakan bahwa dalam perjalanan guide harus benar-benar mengetahui kondisi psikologis dari wisatawan. “Kan ada wisatawan yang baru pertama kali dan masih takut. Sehingga tidak mungkin guide mengajak rafting secara ekstrim. Kalau menghadapi para wisatawan yang baru pertama kali, biasanya guide juga tidak akan mengajak untuk rafting yang ekstrim,”katanya.

Namun, bila sudah ada wisatawan yang ingin ekstrim, maka guide pun akan meladeninya. “Misalnya saja, ada wisatawan yang ingin supaya perahu terbalik, maka kami akan bermain-main di lokasi yang safety. Kalau ingin terbalik, biasanya perahu ditabrakkan ke batu besar atau tebing yang berada di sisi kanan atau kiri sungai. Setelah menabrak, guide akan menarik perahu sampai terbalik. Keinginan seperti ini, biasanya datang dari wisatawan untuk menambah sensasi rafting,”ujarnya.

Jadi, kata Arif, guide yang berada di perahu kan meladeni sesuai keinginan wisatawan. “Mau ekstrim oke, mau yang fun-fun saja tidak masalah.” (liliek dharmawan)

Tidak ada komentar: