Jumat, 04 Maret 2011

Berpetualang Menikmati Air Terjun yang Masih Perawan



Bagi yang suka berpetualang, sabuk Gunung Slamet sebelah selatan yang masuk wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), menjanjikan air terjun sensasional dan rata-rata masih perawan. Air terjun yang masih mengalirkan air sepanjang tahun menjadi bukti kalau hutan wilayah lereng selatan Gunung Slamet masih menjadi wilayah tangkapan air yang cukup baik.

Bagi pecinta alam di wilayah Purwokerto dan Banyumas, air terjun sering dijadikan target sebagai bagian dari latihan navigasi gunung hutan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca peta topografi. Kemudian secara bersama-sama mencari titik koordinat yang dicurigai sebagai air terjun. Sebuah air terjun akan terlihat di peta topografi ketika ada kontur-kontur berbentuk V yang rapat dan ada garis putusnya. Kontur V adalah punggungan dan garis putus adalah sungai. Di situlah biasanya ada air terjun.

Salah seorang penggiat lingkungan dan pecinta alam Prastowo Harso Utomo menyatakan sudah menjadi kelaziman bagi pecinta alam khususnya yang sering bermain di sabuk Gunung Slamet guna mencari air terjun yang masih perawan. “Ternyata memang masih banyak. Namun, untuk mencapainya butuh petualangan kecil alias harus turun lembah dan menaiki punggungan,”jelas Prastowo.

Pemerhati lingkungan lainnya Dhani Armanto yang juga aktivis Komunitas Peduli Slamet (Kompleet) menyatakan seringkali bersama kawan-kawannya menemukan curug atau air terjun yang cukup jauh masuk ke hutan. “Saya yakin, pemerintah pun belum pernah melakukan survei sampai daerah itu, karena air terjunnya terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan jarak dari desa terakhir sebelum hutan sekitar satu jam perjalanan,”katanya.

Air terjun yang masih benar-benar perawan itu memang cukup sulit dijangkau. Tetapi sudah banyak air terjun yang dapat dinikmati karena lokasinya cukup terjangkau, sebab dari jalan raya tidak terlalu jauh. Sebut saja Curug Gede yang terletak di Baturraden, kemudian Curug Cipendok di Cilongok dan Curug Ceheng di Sumbang. Semuanya dapat terjangkau walaupun mereka yang datang masih harus berjalan kaki menuruni lembah.

Sebetulnya di Lokawisata Baturraden, salah satu andalannya adalah air terjun. Sebab, di tempat itu ada air terjun Gumawang. Berbeda dengan air terjun di dalam hutan, curug yang ada kawasan wisata Baturraden sudah sangat akrab oleh para pelancong. Di tempat itu juga ada anak-anak kecil yang rela terjun dari puncak ke bawah dengan ketinggian 15 meter. Hanya saja anak-anak itu baru mau terjun kalau ada orang yang melemparkan uang di Sungai Gumawang. Lantas secara berebutan mereka akan terjun dan mencarinya di dasar sungai.

Hanya sekitar 3 km dari Lokawisata Baturraden, ada lagi air terjun yang dinamakan Curug Gede. Tempat itu menjadi favorit bagi anak-anak muda terutama pada Sabtu dan Minggu. Bahkan, sering dijadikan tempat untuk sesi pemotretan pre wedding bagi warga di Purwokerto dan sekitarnya. “Tempatnya memang mengasyikan. Karena meski panas matahari mencapai puncaknya, di Curug Gede tetap sejuk karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi pepohonan rindang,”kata Andiranto, salah seorang pengunjung.

Curug Gede memang belum dijadikan sebagai objek wisata resmi yang ditarik restribusi, sehingga para pengunjung yang datang hanya menyediakan uang parkir saja. Yang telah digarap, tetapi belum maksimal adalah Curug Ceheng yang terletak di Kecamatan Sumbang, Banyumas. Tempat itu telah dijadikan objek wisata dengan uang retribusi masuk sangat murah, hanya Rpp2.000 per orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan. Untuk sampai ke curug tersebut, mereka yang datang harus turun ke lembah dengan kedalaman sekitar 100 meter (m). Agar dapat menikmati Curug Ceheng, pengunjung harus melewati batu-batu yang telah tertata. Baru setelah turun ada tanah cukup lapang untuk menikmati indahnya air terjun.

Hal yang sama juga berlaku di Curug Cipendok yang dikelola oleh Perhutani. Air terjun yang terletak di Kecamatan Cilongok itu memang jauh dari pusat Kota Purwokerto dengan jarak 15 km. Jalan masuk ke Cipendok juga berbukit-bukit. Namun, kalau telah sampai ke Curug Cipendok, sensasinya luar biasa. Angin semilir, suara air terjun yang begitu deras dan cipratan-cipratan airnya membuat suasana semakin sejuk.

“Kalau sampai di Curug Cipendok, hanya kedamaian yang tercipta. Apalagi di sini tidak terlalu ramai pengunjung, sehingga cukup dapat menikmati suasana air terjun yang masih alami seperti ini,”ujar Burhannudin pengunjung asal Purwokerto yang telah beberapa kali menikmati suasana Curug Cipendok.

Kepala Seksi Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas Deskart Jatmiko mengakui bahwa kebanyakan air terjun yang ada di kabupaten setempat belum banyak yang tergarap. “Baru beberapa yang benar-benar dijadikan objek wisata, karena air terjun di Banyumas cukup banyak. Air terjun yang ada tidak hanya di sabuk Gunung Slamet tetapi juga ada di Pegunungan Serayu,”jelas Jatmiko.

Pihaknya, katanya, baru melakukan survei dan menemukan belasan air terjun yang potensial bisa dikembangkan menjadi objek wisata. Namun semuanya tergantung alokasi dana. Tetapi meski belum dikembangkan, setidaknya sudah banyak orang yang menikmatinya terlebih dahulu. Malah gratisan dan masih perawan. (liliek dharmawan)

Tidak ada komentar: