Fenomena pemanasan global memang bukan isapan jempol semata.
Berbagi riset yang dilansir sejumlah media massa pada Agustus lalu, menuliskan laporan
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang menjabarkan
bongkahan es di laut Arktik mencapai rekor terendah, sementara tingkat
permukaan air laut dan gas rumah kaca mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun
lalu. Bahkan, selama tahun 2012 merupakan tahun terpanas jika dibandingkan
dengan waktu-waktu sebelumnya.
Perubahan iklim itu juga dapat dilihat dari mencairnya es di
Arktik dan Greenland secara dramatis. Sebab, lebih dari 97% lapisan es
Greenland mencair sepanjang musim panas. Jumlah tersebut empat kali lebih besar
dari rata-rata mencairnya es sepanjang 1981-2010. Di sisi lain, gas rumah kaca
terus menunjukkan peningkatan secara signifikan.
Barangkali sebagian besar masyarakat masih belum terlalu peduli
dengan fenomena tersebut. Walau sebetulnya fenomena perubahan iklim akibat
pemanasan global semakin terasa, tidak terkecuali di Indonesia. Perubahan musim
yang menyebabkan curah tinggi dan membuat banjir merupakan salah satu dampak
yang ditimbulkan. Jika memasuki musim kemarau, kekeringan di mana-mana dan air
semakin sulit diperoleh.
Lalu apa yang bisa dilakukan, meski dalam konteks lokal?
Kementrian Pekerjaan Umum (PU) ternyata telah memulai sebagai salah satu garda
depan lembaga pemerintahan yang melakukan aksi inspiratif mengurangi pemanasan global. Dalam konteks
pemukiman, misalnya, seperti yang dilansir di laman http://puskim.pu.go.id/produk-litbang/teknologi-terapan
telah dibuat model dan konfigurasi pemukiman kota rendah emisi CO2. Seperti
diketahui CO2 merupakan emisi karbon yang paling banyak dihasilkan dunia dan
menyebabkan efek gas rumah kaca sehingga memunculkan pemanasan global.
Riset yang dilakukan Kementrian PU tersebut sungguh menarik,
karena permukimannya ramah lingkungan. Misalnya saja, dari awal telah dihitung
jumlah CO2 dari penyiapan bahan bangunan dan energi dari aktivitas domestik.
Selain itu, bagaimana membuat model perumahan berdasarkan rasio rasio antara
ruang terbuka hijau dan ruang terbangun, kepadatan penduduk, jenis
infrastruktur dan macam bahan bangunan.
Kini, telah dilakukan percobaan rancangan di lingkungan RT
09/RW 08 di Perumahan Gunung, Cirebon. Ada empat alternatif rancangan yang
ditawarkan. Yakni konsep sistem grid and cul
de sac, konsep hijau, konsep one
house one tree on maisonette building dan konsep roof garde.
Inilah gambaran keempat konsep tersebut.
Konsep sistem grid&cul de sac
Konsep Hijau
Konsep one house one tree on maisonette building
Konsep roof garden
Kalau dilihat dari beragam konsep yang ditawarkan tersebut, sangat pro lingkungan. Sebab, selain ada pepohonan sebagai penyerap karbon, juga sejumlah tempat untuk menyerap air. Dengan adanya serapan air, maka pada musim penghujan bakal menjauhkan dari banjir, sementara ketika kemarau datang, masih ada ketersediaan air.
Bahkan, jika dilihat dari teknologi terapan yang diinisiasi
oleh Kementrian PU, masih ada konsep lain yang dapat digabungkan. Yakni
Biority, instalasi pengolahan limbah rumah tangga septic tank bermedia kotak yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Permukiman. Dalam laman http://puskim.pu.go.id/produk-litbang/teknologi-terapan/biority
disebutkan kalau biority memiliki keunggulan hemat ruang, material tahan
korosi, air buangan tidak langsung dialirkan ke drainase umum serta pemasangan
mudah dan cepat.
Biority
Teknologi pengolahan air limbah tersebut mampu meningkatkan
kualitas air sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan di daerah
permukiman.
Dua riset penting dari Kementrian PU tersebut kalau
digabungkan akan membuat sebuah model permukiman yang ramah lingkungan. Lebih
dari itu, permukiman tersebut juga sebagai langkah nyata aksi lokal peredam
pemanasan global.
Yang tidak kalah penting adalah penyiapan masyarakat di
sebuah wilayah permukiman. Teknologi boleh jadi bisa diaplikasikan, namun harus
ada upaya memberikan pengertian kepada masyarakat agar mereka adaptif terhadap
penerapan teknologi tersebut. Sebab, jika tidak, maka akan sia-sia saja, karena
salah satu yang penting adalah, bagaimana teknologi itu diterapkan dan dapat dipertahankan
secara berkelanjutan.
Inilah konsep permukiman di masa depan, di mana di dalamnya
ada aksi nyata untuk meredam pemanasan global melalui teknologi bidang
permukiman. Lewat teknologi ini, masyarakat juga diedukasi untuk ikut serta
peduli terhadap lingkungan. (liliek
dharmawan-liliekdharmawan@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar