Minggu, 29 Mei 2016

Mendulang Inspirasi dari Bumi Laskar Pelangi





Kami sesungguhnya adalah kumpulan persaudaraan cahaya dan api. Kami berjanji setia di bawah halilintar yang menyambar-nyambar dan angin topan yang menerbangkan gunung-gunung. Janji kami tertulis pada tujuh tingkatan langit, disaksikan naga-naga siluman yang menguasai Laut China Selatan. Kami adalah lapisan-lapisan pelangi terindah yang pernah diciptakan Tuhan.



Kata-kata puitis itu adalah sumpah setia Laskar Pelangi. Kisah anak-anak tak mampu di Pulau Belitung yang mendunia setelah dijadikan novel oleh Andrea Hirata. Tak hanya bukunya yang mendorong geliat inspirasi, tetapi juga replika sekolah anak-anak Laskar Pelangi itu. Saban hari, anak-anak sampai orang dewasa datang ke lokasi yang berada di bekas tambang timah itu. Tak heran, jika tanahnya seperti di pantai, berwarna putih.



Kami datang ke sini memang penasaran, setelah menonton film Laskar Pelangi. Serasa tidak ada bedanya. Hanya tidak bertemu Ikal, Lintang, Sahara atau lainnya. Tetapi, kisah mereka sungguh membuat semangat kami untuk terus belajar,”kata salah seorang pengunjung bernama Desy, 17, siswa SLTA asal Bangka datang ke tempat itu.



Tak hanya Desy yang mengaku mendapat semangat usai mengunjungi SD Muhammadiyah Gantung tersebut, tetapi juga Adel. Ia yang masih siswa kelas 3 SD merasa kalau dirinya penasaran dengan semangat anak-anak Laskar Pelangi. “Awalnya lihat film-nya, terus penasaran ke sini ingin melihat secara langsung SD tempat anak-anak Laskar Pelangi bersekolah. Senang rasanya,”kata Adel,8, dari Tanjung Pandan.



Di replika sekolah yang terbuat dari kayu dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar kisaran 6 meter, anak-anak terlihat berlarian. Sesekali mereka berfoto bersama di sudut sekolah yang telah reyot dan dindingnya ditopang oleh dua balok kayu. Mereka juga terlihat masuk melihat-lihat bangku dan meja yang terlihat telah usang catnya. “Sepertinya, kursi dan meja di sini sengaja dibiarkan agar mendekati seperti yang ada di dalam film. Kenyataannya, saya seperti masuk dalam cerita film itu,”kata Kikis, 31, pengunjung lain asal Jawa Tengah.



Ia mengatakan kalau mengunjungi Bumi Laskar Pelangi berbeda dengan berwisata ke tempat lain. “Ada sesuatu berbeda yang ditawarkan oleh Belitung, khususnya Kabupaten Belitung Timur. Memang ada pantai-pantai yang indah, tetapi replika SD Muhammadiyah dan satu lagi Museum Kata menawarkan hal berbeda. Pengunjung bisa mendulang inspirasi. Mereka dapat berimajinasi di tempat itu dan menyerap aliran semangat,”ujarnya.






Rangkaian kata di Museum Kata, misalnya, menyuratkan sebuah semangat tanpa batas. Terlihat beragam kata yang tidak saja menghipnotis para pengunjung, namun kalimatnya mampu mendorong asa yang terpendam di dada. “Jujur, agar berbeda saja berkunjung di Belitung Timur ini. Jika selama ini berwisata identik dengan tempat yang indah atau kuliner yang lezat, tetapi di sini seperti wisata jiwa. Kami tidak hanya disuguhi fiksi yang seperti menjelma jadi sebuah cerita nyata, namun lebih dari itu, mampu membangkitkan semangat baru. Benar-benar merasakan aura laskar pelangi,”kata Wawan, 32, salah seorang wisatawan asal Jakarta.



Wisata ternyata tak hanya alam dengan segala keindahannya atau adi luhungnya budaya. Ternyata wisata secara sederhana juga dapat menjadi alternatifnya seperti berkunjung ke Bumi Laskar Pelangi. Tak hanya pelangi di langit, tetapi laskar pelangi yang ada dalam imajinasi yang memberi inspirasi. (liliek dharmawan)